Posts tagged ‘Gunungkidul’

Mudik lagi, ayo mudik lagi…

image

Tidak terasa kita sudah memasuki 3/4 bulan puasa yang artinya sebentar lagi umat muslim akan merayakan Hari Raya Idul Fitri Tahun 2016 / 1437 H.

Menjelang Hari Raya Idul Fitri banyak orang sibuk mempersiapkan segala sesuatu untuk menyambut datangnya hari kemenangan itu. Mulai dari membersihkan rumah, mempersiapkan kue, hunting baju baru dan lainnya.

Untuk saya sendiri sudah 3 lebaran ini memakai baju koko yang sama karena pertimbangan baju koko yang lama masih bagus, bersih, layak pakai, ukurannya masih muat dan yang terpenting bisa menghemat uang belanja. 🙂

Mudik menjelang akhir ramadhan dan lebaran sudah menjadi tradisi unik yang hanya ada di negeri kita Indonesia. Para perantau akan berbondong-bondong pulang ke kampung halaman memanfaatkan libur lebaran untuk mencari berkah dengan saling bersilaturahmi dengan keluarga, tetangga dan sahabat.

image

Sebagai anak rantau setiap tahun saya selalu menggunakan momen lebaran untuk pulang mudik ke kampung halaman. Mudik di hari lebaran adalah saat dimana saya bisa bertemu dan bersilaturahmi dengan keluarga, saudara, tetangga juga teman-teman yang sebagian besar merantau bekerja yang hanya bisa bertemu dan berkumpul pada saat momen lebaran seperti ini.  

Seperti juga di tahun ini, persiapan mudik lebaran sudah mulai dilakukan.  Kamis, 30 Juni 2016 menjadi pilihan hari mudik tahun ini.

Mudik kali ini saya memilih menggunakan tranportasi pesawat dan kereta api. Pesawat untuk perjalanan dari Bangka ke Jakarta dan kereta api untuk perjalanan ke Jakarta – Jogja. Pertimbangannya lagi-lagi untuk penghematan biaya karena mahalnya tiket pesawat Bangka-Jakarta-Jogja dan bebas macet tentunya. 🙂

Semoga mudik tahun ini berjalan aman dan lancar.
Gunungkidul aku pulaaaang…

(ipg)

25 Juni 2016 at 2:53 pm Tinggalkan komentar

Menanti Senja Embung Nglanggeran

image

Waktu menunjukkan pukul 15:00 wib, mendung tipis masih saja bergelayut diatas langit sore itu. Hari itu minggu pertama diawal tahun 2015 saya bersama keluarga berencana pergi main ke Embung Nglanggeran.

Sejak diresmikan oleh Gubernur D.I. Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X pada tanggal 19 Februari 2013 lalu saya memang belum  pernah sekalipun pergi ke tempat itu.

Mengunjungi Embung Nglanggeran sebenarnya sudah saya rencanakan pada liburan lebaran tahun 2014 kemarin, tetapi apa daya saat itu belum kesampaian karena keterbatasan waktu liburan sehingga terpaksa niatan itu tertunda.

Kami berangkat dari Wonosari dengan mengambil rute : Siyono-Gading-pertigaan Sambipitu ke kanan kemudian kekiri menuju Nglanggeran. Rute tersebut adalah rute terdekat bila kita berangkat dari Wonosari.

Tiba dipintu gerbang masuk embung, jalan aspal mulus berganti dengan jalan berbatu. Tidak lama setelah itu kita akan melewati pos restribusi. Tiket masuk dipatok Rp. 5000 per orang, itu sudah termasuk biaya parkir kendaraan. Sekitar kurang lebih 500 m dari pos restribusi tibalah kami di plataran parkir Embung Nglanggeran yang tergolong luas.

Untuk sampai di embung, kita masih harus menaiki beberapa anak tangga menuju keatas. Sampai diatas ternyata pengunjungnya sudah lumayan banyak.

Embung ini tidak terlalu luas. Embung dikelilingi jalan setapak yang dibatasi pagar besi. Disekeliling embung juga terdapat lampu unik sebagai penerang dimalam hari. Ada juga beberapa gazebo yang disediakan pengelola sebagai tempat beristirahat.

Kami memilih gazebo paling atas untuk beristirahat. Dari atas sini kita dapat memandang luas hijau daratan yang membentang seolah tanpa batas, satu satunya yang menjadi batasan hanya kemampuan jangkauan optik mata kita. Indah.

Embung Nglanggeran sendiri adalah danau buatan yang terletak di atas bukit di Padukuhan Nglanggeran Wetan, Desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta. Koordinat GPS nya S7°50’50.0″ E110°32’48.0″.

Fungsi utama embung itu sebenarnya adalah sebagai tempat penampungan air untuk pengairan kebun buah milik masyarakat yang berada dibawahnya. Lokasi embung yang berada diatas bukit dan berdekatan dengan Gunung Api Purba Nglanggeran menjadikan embung memiliki pemandangan yang indah sehingga menjadi modal tersendiri untuk dapat dijual sebagai tempat wisata.

Pengelola tempat ini tergolong komunikatif terhadap pengunjung yang secara kontinyu menginformasikan sejarah asal usul dan kondisi embung melalui pengeras suara.

Senja telah tiba. Para pengunjung yang didominasi anak muda mulai menyiapkan kameranya untuk mengabadikan momen senja yang sebentar lagi datang. Terlihat beberapa pasang anak muda sedang asik berpose mencari spot yang diinginkan.

Foto backlight berlatar belakang sunset Embung Nglanggeran memang sudah terlalu  mainstream bagi para pemburu senja di tempat ini.

Senja di Embung Nglanggeran memang begitu menggoda, burat cahaya keemasan terlihat begitu indah di batas barat cakrawala mengantar sang surya pulang keperaduan. Embung ini merupakan spot sempurna untuk menikmati sunset di Jogja.

image

image

image

image

image

Hari semakin sore, pengunjung embung bukannya berkurang tetapi malah semakin bertambah. Disaat mereka asik menikmati senja dengan cara mereka, kami memutuskan untuk pulang.

-ipg

18 Januari 2015 at 3:24 am 2 komentar

Jogjakarta Off Road Challenge III

image

Bulan Mei kemarin, Jogjakarta Off Road Challenge (JORC) III digelar di Gunungkidul. Tepatnya tanggal 30 Mei sd. 1 Juni 2014 selama tiga hari penuh.

Ada 165 mobil off road memeriahkan event tersebut. Dari jumlah165 mobil off road tersebut berasal dari 56 tim dan setiap tim maksimal mengirimkan empat mobil. Tim-tim tersebut berasal dari berbagai daerah di Indonesia, itu terlihat dari nomor plat mobil yang digunakan. Ada yang berasal dari Kalimantan Timur, Sumatera Selatan Surabaya, Jakarta, dll.

Event Jogjakarta Off Road Challenge (JORC) yang ketiga ini sengaja digelar di Gunungkidul lantaran pada tanggal 27 Mei 2014 kemarin Bumi Handayani baru saja merayakan hari jadinya yang ke 183 juga karena di sini masih banyak trek-trek menantang yang cocok untuk kegiatan off road.

Ada dua trek yang di sediakan panitia dalam gelaran ini yakni trek A yang berlokasi di kecamatan Gedangsari dengan tipe jalur trek berair dan berlumpur. Sedangkan trek B yang berlokasi di kecamatan Paliyan mempunyai tipe jalur trek kering dan berbatu. Setiap trek memiliki total panjang 60 km dan memerlukan waktu tempuh sekitar 15 jam bahkan lebih untuk menyelesaikan satu trek.

Dari 165 tim dibagi menjadi dua kelompok. Masing-masing kelompok menghabiskan satu trek di hari pertama dan akan bertukar trek di hari berikutnya. Para offroader ditantang untuk menyelesaikan tantangan di trek A dan trek B selama dua hari siang dan malam. Untuk hari ketiga dilakukan penutupan kegiatan off road di lapangan Ksatrian Wonosari.

Pada saat itu kebetulan saya masih berada di kampung halaman dalam rangka mudik. Kebetulan juga lokasi trek B berlokasi di kampung saya dusun Karangmiri, Mulusan, Paliyan sehingga saya dapat menyaksikan secara utuh event tersebut.

Memang baru kali ini saya menyaksikan secara langsung event Jogjakarta Off Road Challenge (JORC) sebab sebelumnya JORC digelar di Kulonprogo dan Bantul. Antusias penonton cukup tinggi dilihat dari banyaknya penonton yang melihat gelaran ini. Mereka pun tak sua beranjak pulang meskipun sang surya berlahan tenggelam.

image

image

image

image

image

Di saat malam hari, para penonton yang sebagian masyarakat sekitar masih saja ramai datang ke lokasi. Ada sensasi berbeda bila melihat para offroader melewati tantangan dimalam hari. Dingin udara malam, terang sorot lampu mobil dan suara raungan mesin bercampur sorak sorai penonton seakan memecah kesunyian malam. Beruntung saya dapat menyaksikan event langka tersebut yang entah kapan akan terulang lagi.

-ipg

Posted from WordPress for Android

12 Juli 2014 at 6:01 pm Tinggalkan komentar

Older Posts


Arsip

Tulisan Terakhir

Statistik pengunjung

  • 57.648 hits

Mengenai anda

IP